Jumat, 17 April 2020

Misteri Hantu Atap

 
”Mita, tolong beli obat nyamuk dulu, ya! Obat nyamuk kita habis,” seru ayah Mita dari dalam kamar. Mita agak mengeluh ketika disuruh oleh ayahnya. Ia sangat takut untuk malam hari. Terlebih lagi saat bulan mati seperti saat ini. Di luar akan gelap gulita kecuali vahaya lampu penerang jalan. Namun, ia tak bisa menolak karena ia juga tak kuat jika saat dia tidur akan diserang nyamuk-nyamuk nakal.
Perlahan ia membuka pintu depan rumahnya. Tampak sepi. Hanya suara jangkrik yang meramaikan suasana malam itu. Ia memandang sekeliling. Terasa aman walau terlihat menakutkan. Lalu perlahan ia melangkah keluar rumah.
Namun, ia dikejutkan oleh suara berisik dari atap rumahnya. Langkahnya terhenti. Lehernya terasa kaku untuk menoleh ke belakang. Namun, rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya. Perlahan ia menoleh ke belakang.
Matanya terbelalak setelah ia melihat dua buah cahaya kuning keemasan bergerak menuju tiang listrik di atap rumahnya lalu kembali lagi ke atap rumahnya. Mulutnya tak dapat terbuka. Ia tampak ketakutan. Cahaya bulan yang mati menambah seramnya dua cahaya itu yang perlahan bergerak mendekati cerobong asap.
Karena ketakutan, Mita berlari menuju warung di persimpangan jalan. Dengan cepat ia membeli obat nyamuk lalu berlari menuju rumah. Sampai di halaman, ia tak berani untuk menoleh ke atap rumahnya. Dengan cepat ia masuk ke dalam rumah dan langsung menyalakan obat nyamuk dal setelah itu ia tidur. Lalu ia masuk ke kamarnya dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia sangat ketakutan.
Namun, secara perlahan matanya mulai terpejam oleh sunyinya malam. Esok harinya, bayangan dari dua cahaya di atap rumahnya masih menghantui pikirannya. Ketika berangkat sekolah ia melihat ke atap rumahnya lagi. Hanya terlihat Piky, kucing hitam yang tampak sibuk mengejar tikus sehingga berbunyi gaduh. Sampai di sekolah ia langsung menceritakan semua yang ia alami kemarin malam pada kedua sahabatnya.
“Ah, tidak mungkin! Hantu itu tidak ada,” bantah Mikha temannya.
“Benar. Aku sendiri melihatnya,” kata Mita meyakinkan.
“Baiklah, nanti malam kami akan menginap di rumahmu. Lalu kita akan menyelidikinya!” ajak Rima.

Malam pun tiba. Mikha, Mita dan Rima sudah mempersiapkan semuanya. Rima membawa senter, Mikha membawa kamera untuk menangkap gambar dari hantu tersebut. Sementara Mita hanya membawa bawang putih agar tidak ditangkap atau dimakan oleh hantu tersebut.
Penelitian mereka pun dimulai. Perlahan mereka bertiga keluar dari rumah Mita. Mereka menatap sekeliling. Suasana sunyi semakin terasa. Hembusan angin membuat bulu kuduk mereka merinding.
“Berhenti di sini!” perintah Mita berbisik.
“Kenapa berhenti di sini?” tanya Rima.
“Aku mendengar suara hantu itu dari sini,” jelas Mita.

Benar saja. Mereka bertiga mendengar suara gaduh di atas atap.
“Itu dia. Ayo, kita beraksi!” seru Rima.
Mereka menoleh ke belakang. Ternyata benar. Mereka melihat dua cahaya berlari di atap rumah Mita. Cahaya itu melompat ke atap rumah tetangga dan perlahan kembali lagi. Namun, cahaya itu mungkin sudah melihat mereka bertiga. Cahaya itu diam seperti sedang menatap mereka bertiga. Mereka saling mendekat, merapatkan badan,dan saling memeluk.
“Tuh, kan! Dia melihat kita. Mati kita,” bisik Mita.
“Akan aku ambil gambarya!” seru Mikha sambil menyiapkan kameranya.
“Ayo, beraksi!” seru Rima.

Mikha dan Rima memang lebih pemberani dibandingkan Mita. Rima menyalakan senter dan langsung mengarahkannya ke dua cahaya itu. Mikha mulai menyiapkan kameranya. Perlahan cahaya senter Rima mulai mengenai cahaya itu, namun cahaya itu hanya diam.
Mereka semua terkejut ketika cahaya senter Rima mulai mengenai cahaya itu. Ternyata dua cahaya itu adalah Piky, kucing Mita sendiri.
“Ha...ha...ha. Ternyata kucing.” Rima tertawa terbahak-bahak. Mikha pun begitu. Sementara Mita hanya diam merasa bodoh tertipu oleh kucingnya sendiri. Kini ia baru ingat bahwa mata kucing dapat bercahaya saat malam hari. Dan sekarang misteri dua cahaya itu sudah terpecahkan.


Sumber:  Boboonline